Sabtu, 05 November 2022

3.05 am


 Seandainya waktu bisa kujeda saat ini

Aku ingin lama menyaksikan petang 

Diiringi dua sajadah tergelar


Ditemani manusia tabah

Penuh canda

Coleteh receh

Pandai mengomentari giatku berkali-kali


Menuntunku menyemat arti kata;

Petang

Tengah malam

Sampai hanyut dalam diskusi-diskusi panjang


Antara sadajah, cinta dan perempuan


__________________

Perempuan itu;


Dia kembali lagi pada sujud yang sama. Barangkali, hanya itu satu-satunya tempat yang mampu membujuk jiwanya untuk kembali berjuang. Tangannya tidak ditadah. Bukan tidak mau lagi meminta tapi kali ini dia cuma mau Tuhan mendengarkannya. 


Apa saja yang bibirnya diamkan, apa saja yang dadanya bukukan. 


Malam ini, waktu menjadi lama setelah tiba-tiba langit menangis. Kata-kata telah lama mati. Lemas dalam lautan emosinya sendiri. Air mata adalah rahmat untuk jiwa yang cedera dan agama adalah nyawa yang memanjangkan kewarasannya.


Seperti malam-malam sebelumnya, dia mengulang lagi kalimat yang sama, 


'Tuhan, Engkau akan sentiasa memperlakukan aku dengan baik selama mana aku tidak bersangka buruk kepada Engkau, kan?' 


⏱Nov 05'2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Retorika

Bagaimanapun cerita yang kita rangkai, tangis pasti mengiringi. Aku tak mampu untuk berkata bahwa kita akan baik-baik saja, itu mustahil.  K...